Tadabbur Ayat 3 QS.Al-Baqoroh:58-59

Assalamualaikum WR. WB.
Para sahabat dan saudara ku mari kita belajar tentang memahami dan memaknai sebuah ayat yang ada di Al Qur'an untuk menjadi sebuah pelajaran dikehidupan kita ini.
Mari sama-sama kita simak ayat dibawah ini mungkin bisa menjadi pelajaran di kehidupan kita.
Ayat 3 QS.Al-Baqoroh:58-59

وإذقلنا ادخلواهاذه القريةفكلوا منهاحيث شئتم رغدا وادخلواالباب سجداوقولوا حطة نغفرلكم خطاياكم،وسنزيد المحسنين (٥٨) فبدل الذين ظلموا قولا غيرالذين قيل لهم فأنزلنا علي الذين ظلموا رجزا من السماءبما كانوا يفسقون (٥٩)

Artinya:
58. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman,masuklah ke negeri ini (Baitul Maqdis) maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, "Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami)," niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kami akan menambah ( karunia) bagi orang-orang yang berbuat kebaikan." 

59. Lalu orang-orang dholim mengganti perintah (perkataan) dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka kami turunkan wabah* dari langit kepada orang-orang yang dholim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik.

*Thoo'un

Tauhid = kebenaran
Dholim= "kebenaran"

Kebenaran versus "kebenaran".

Kita banyak menjumpai di kehidupan sehari-hari orang-orang yang bertikai memperebutkan kebenaran yang dia yakini,kubu yang satu mengaku benar,yang lain juga yakin benar.

Pertanyaannya: 
 
Ukuran kebenaran yang seperti apa yang harus anda ikuti dan kenapa??

TANGGAPAN:

Kita bersyukur sudah dipersilahkan Allah mendiami bumiNya, yang Dia jamin segala sesuatu kebutuhan dan keinginan kita. seperti tanah yang subur, sumber air yg banyak sehingga memudahkan kita menanam apa saja di atasnya yg membuat hidup kita penuh kenikmatan dan kemakmuran, mata rantai sumber penghidupan yang tak pernah putus di bumi ini, bahkan do'a pengampunan dosa/kesalahan akan diampuni
Allah, asalkan dengan akhlaq dan
kekusyu'an.

Kalau kita berpikir, kadang kita suka "ngledek" perkataan Allah dan para KekasihNya, baik dalam khayalan, ucapan ataupun candaan.

Sudahkah kita menempatkan sesuatu pada tempatnya?
Keengganan menempatkan sesuatu pada tempatnya, berarti mengingkari kebenaran dirinya dan mengurangi keseimbangan yang ada.
Bagaimana mungkin bisa menempatkan
"kebenaran" dirinya yang dholim di Kebenaran Tuhannya yang tak terbatas? Jawabannya adalah sangat tidak mungkin.

Allaahu A'lam

#MULAILAHUNTUKBERBAIKSANGKA
Disusun oleh : MUHAMMAD R. FALAH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEUTAMAAN ILMU KITAB "DURRATUN NASIHIN"(UST MUHAMMAD R. FALAH)

Ust. Muhammad R. Falah "Keutamaan Menangis Karena Allah" Kitab Durratun Nasihin

UST MUHAMMAD R. FALAH kajian kitab Khosoisul Ummatil Muhammadiyah Bab Melepas atau menghapus beban berat